You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Rejoagung
Rejoagung

Kec. Semboro, Kab. Jember, Provinsi Jawa Timur

Selamat Datang di Website Resmi Pemerintah Desa Rejoagung Kec. Semboro Kab. Jember.

Sejarah Desa Rejoagung

Administrator 13 September 2022 Dibaca 124 Kali
Sejarah Desa Rejoagung
PENDAHULUAN
 
Sejarah Desa Rejoagung merupakan suatu rangkaian peristiwa cikal bakal berdirinya desa sekaligus merupakan awal mula kegiatan rohani khususnya agama kristiani di desa Tanggul bagian selatan, yang saat ini berkembang dengan nama Rejoagung.
 
Nama Desa Rejoagung awalnya merupakan sebutan dari wilayah Tanggul selatan yang setiap waktu senantiasa tergenang oleh air, Rejo=ramai, Agung=banyak airnya (bahasa jawa). Demikianlah sehingga REJOAGUNG artinya daerah yang senantiasa ramai/banyak airnya atau selalu tergenang.
 
Rangkaian peristiwa/sejarah Desa Rejoagung pernah ditulis/dibukukan oleh pendahulu sebagai sejarah berdirinya GKJW di desa Rejoagung, namun pada generasi berikutnya nilai sejarah yang masih melekat di hati masyarakat itu tidak pernah teradministrasi secara baik sehingga kehilangan tulisan yang banyak mengandung nilai sejarah bagi cikal bakal berdirinya Desa Rejoagung. Dengan latar belakang yang demikian dan untuk melestarikan sejarah Desa, maka pada tahun 1992, pemerintah Desa Rejoagung (Kades : PJS AGOES BASUKI) berusaha menggali dan memprakarsai usaha penggalian sejarah Desa sekaligus untuk menentukan hari jadi Desa Rejoagung. Kegiatan dimaksud dilaksanakan dengan mengumpulkan para sesepuh desa, mencari data dari segala sumber, sehingga tulisan ini merupakan kesimpulan keterangan sementara tentang sejarah Desa Rejoagung.
 
 
CIKAL BAKAL DESA REJOAGUNG
 
Desa Rejoagung merupakan daerah yang tidak memiliki penduduk asli karena ditilik dari cikal bakal pendirinya adalah para pendatang dari daerah Kertorejo dan Bongsorejo yaitu daerah di Mojowarno.
 
Perjalanan sejarah desa Rejoagung berawal pada tahun 1996 ketika 5 orang dari daerah tersebut mengadakan perjalanan mengadakan pengembaraan dalam usaha mencari pemukiman baru yang lebih baik sekaligus dalam usaha mengabarkan berita kesukaan dari tuhan. Dalam perjalanan mereka kea rah timur, singgah di desa Tanggul pada seorang kenalannya yang bernama R. Pramu Notodiharjo. Kelima orang yang dimaksud adalah :
1.    Marwi Kertawirya (dari desa Kertorejo)
2.    Ratimin (dari desa Bangsarejo)
3.    Rupingi (dari desa Bangsarejo)
4.    Sabar bin P. Sarinten (dari desa Kertorejo)
5.    Radin Dirah (Pengikut Marwi Kertowirya)
 
Dalam persinggahan di rumah R. Pramo Notodiharjo mereka menyampaikan maksud pengembaraannya dan dari pertemuan inilah mereka banyak mengenal keadaan desa Tanggul, sekaligus potensi yang ada di dalamnya, R. Pramu Natadiharja menyarankan mengadakan penelitian tentang potensi daerah Tanggul bagian selatan sekaligus membuka hutan di daerah tersebut sebagai tempat pemukiman sekaligus sebagai sumber mata pencaharian keluarga.
 
Setelah mereka melihat dari dekatdari dekat potensi masa depan wilayah Tanggul selatan lebih baik dibandingkan Tanggul utara, sepakat akan mengajukan permohonan kepada pemerintah yang berkuasa (Belanda) untuk diperkenankan membuka hutan sebagai tempat pemukiman baru.
 
Mereka mengadakan perjalanan kembali setelah menginap dua hari di Tanggul untuk selanjutnya menuju Bondowoso guna menghadap Pemerintah Wilayah (Gouvernuur Cendral) yang dijabat oleh Komisaris Vandel Spiekel. Maksud mereka mendapatkan tanggapan baik dari Komisaris Vandel Spiekel dengan syarat benar-benar digunakan sebagai tempat pemukiman dan harus membawa misi keagaman. Akhirnya mereka diperkenankan untuk mengadakat survey lokasi yang dimaksud dan berhasil mendapatkan ijin lisan sambil menunggu keputusan/ Surat Resmi dari Pemerintah penguasa. Surveyu kedua ini dilaksanakan selama 21 hari dan .memperoleh kesimpulan bahwa di daerah tersebut banyak terdapat genagn air sepanjang tahun dan yakin daerah tesebut menjajikan kemakmuran di masa mendatang. Sebagai ungkapan rasa bahagia mereka segera kembali ke daerah asal untuk memberikan kabar kepada keluarga masing-masing, sambil menunggu surat ijin resmi turun.
 
Pada tahun 1907 : Surat Keputusan ijin resmi diterima atas nama : Marwi Kertawirya, dengan luas hutan penebangan maksimal 1000 Ha. Akhirnya Keluarga Marwi Kertawirya dengan diikuti 6 Kepala Keluarga yang lain menuju daerah Tanggul sebelah selatan sekaligus menentukan batas-batas wilayahnya.
Selanjutnya 7 Kepala Keluarga ini adalah merupakan cikal bakal Desa Rejoagung. Keluarga dimaksud adalah sbb :
1.    Keluarga Marwi Kertawirya
2.    Keluarga Ratimin P. Ribawa
3.    Keluarga Supingi
4.    Keluarga P. Sabar
5.    P. Radin Dirah
6.    Keluarga P. Tiyan
7.    Keluarga P. Andris
Penebangan dimulai dari arah utara dan dipakai sebagai tempat menetap sementara (Darung : sekarang dusun darungan desa Sidomulyo)
 
Pada Tahun 1909 : Jumlah Kepala Keluarga berkembang menjadi 14 Kepala Kelurga. Kelompok masyarakat tersebut sepakat kelokasi yang lebih baik untuk pemukiman dan dekat dengan daerah penebangan (Lokasi sawah : milik P. Rengga b. Ratimin). Sehingga lokasi (darung) ditinggalkan dan sekarang disebut dusun darungan.
 
Pada Tahun 1910 : Jumlah Kepala Keluarga berkembang menjadi 22 KK. Pada tahun ini merekia sepakat mengadakan rapat/musyawarah untuk menentukan nama desa dan pemilihan Penatua Desa ( sekarang Kepala Desa). Dari hasil rembuk atau musyawarah tersebut disepakati :
-         Nama Desa adalah Rejoagung : Rejo= Ramai/banyak Agung = Air menggenang
-         Penatua Desa adalah : P. Riajeng (sebagai kepala desa pertama)
 
Pada Tahun 1911 : Penatua Desa dialihkan pada P. Pramuadi Suwardi (sebab-sebab kurang jelas).
 
Pada Tahun 1912 : Masyarakat Sejumlah 22 KK sepakat untuk mendirikan Gereja sebagai gereja pertama dan terletak di wilayah Rejoagung sebelah timur (sekarang RT 01 RW 1 Dusun Krajan) hingga sekarang menjadi tanah milik Gereja.
Dalam peresmian pemakaian Gera, sekaligus diputuskan secara mufakat yaitu :
a.     Pemulang                             : Marwi Kertawirya
b.    Pembantu Pemulang              : Darma Wiyata
c.     Perwakilan Desa (Kampung) : Ratimin
d.    Pangawas Hutan                    : Pramu Suwardi
 
Pada Tahun 1913 : Pemilihan Petinggi (penatua/kepala desa /kepala pemerintah tertinggi di desa) dan petinggi terpilih adalah Jopas P. Pramuadi. Dalam masa pemerintahan Petinggi Jopas, diadakan rapat/musyawarah guna menyusun peraturan Desa dan diputuskan peraturan secara mufakat untuk diberlakukan dan dilestarikan bagi anak cucu/turun temurun yang isinya al :
1.    Tanah Desa Rejoagung tidak diperkenankan dijual keluarga daerah
2.    Orang diluar agama Kristen tidak boleh ikut membuka hutan Desa Rejoagung, kecuali mereka ikut menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat Desa Rejoagung
3.    Bilamana orang sudah menetap selama 5 tahun maka hak tanah akan di sahkan
 
Pada Tahun 1918/1919 : Berdirinya Sekolah Rakyat (SR) Zending.
 
PENUTUP
 
Demikianlah sekilas Keterangan Sejarah Desa Rejoaguung dan untuk perkembangan selanjutnya Desa Rejoagung benar-benar menjadi Desa yang subur dan makmur, aman, damai sehingga membuat penduduk terus berdatangan untuk dapat menetap di Desa Rejoagung, sehingga pada tahun 1923 penebangan hutan sudah usai. Data dan penjelasan yang dapat menunjang sejarah desa ini selanjutnya kami tuangkan dalam daftar terlampir. Dengan berpedoman pada surat keterangan sejarah desa yang disusun berdasarkan pada pertemuan/rapat penggalian sejarah para sesepuh Desa Rejoagung, mantan perangkat desa, perangkat desa, sejarah gereja yang diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 1992 hingga tahun 1995 maka diharapkan ada tanggapan yang berupa masukan/keterangan yang kiranya dapat dipertanggungjawabkan demi kesempurnaan dan kelengkapan/keterangan sejarah desa Rejoagung.
 
Kiranya Tuhan berkenan atas segala upaya kita dan akhirnya dapat kita jadikan Sejarah Desa Tercinta ini sebagai acuan dan sebagai kaca diri dalam membangun desa.
 
 
Disalin dari keterangan sejarah
Desa Rejoagung dalam rangka HUT-82 tahun 1995

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan